Perjalanan Telur Kocok - Papandayan

Mau tahu bagaimana perasaan telur yang dikocok di mangkuk sampai berbusa?  Pergilah ke Papandayan.  

Perjalanan subuh-subuh dari Bandung menuju ke Papandayan sungguh aduhai, lengang dan seger.  Perut yang lapar karena belum terisi diabaikan saja.  Nanti sampai Papandayan baru makan mie instan pake telur ... pasti sedap.  Tetapi ketika masuk di desa Cisurupan, jalanan rusak parah, lubang gede-gede dan dalem, jangan pilih-pilih percuma ceburin aja mobilnya ke lubang-lubang itu.  Biarpun sudah jalan pelan, masih saja terbanting-banting kayak perasaan telur kocok itu tadi.

Gunung berapi Papandayan terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat.  Ketinggiannya 2665 mdpl dan telah meletus berkali-kali.  Letusan terbesar yang tercatat adalah pada tahun 1772 yang menewaskan ribuan orang.  Akibat letusan-letusannya terciptalah kawah-kawah baru yang mengeluarkan uap.



Karena baru pertama kali ke Papandayan kami menggunakan jasa guide.  Kami bukanlah penakluk gunung, maka cukup sampai di Tegal Alun saja karena pingin menikmati padang edelweis yang katanya kece.  Jalan santai sambil ngobrol dan menikmati pemandangan yang gersang akibat letusannya.

Jalan setapak cenderung berbatu akibat lemparan erupsi gunung oleh karena itu batu-batu ini tidak stabil bila diinjak.  Uap belerang yang terdapat disisi jalan setapak mengisi langit yang biru dengan warna putih.


Sebelum mencapai Tegal Alun, terdapat hutan mati, sesuai dengan namanya, semua pohon disini tersapu hawa panas ketika letusan, gundul tak berdaun, batangnya meranggas tapi menimbulkan guratan-guratan yang keren.

Sayang kabut cepat sekali turun menutup sebagian besar pohon-pohon lainnya dikejauhan.





Sebelum mencapai Tegal Alun bertemulah kita dengan tanjakan mamang yang terkenal berat.  Disini dengkul ketemu dagu ... karena saya pendek maka dengkul ketemu jidat.  

Tapi semua usaha anggota tubuh saya terbayar ketika mencapai Tegal Alun.  Setelah menerobos semak-semak terkuaklah padang edelweis.  Keren ... tapi cuaca enggan berteman, kabut terlalu tebal









 




No comments:

Post a Comment