Venisia - Kota Got

Gondola
"Apa itu Venisia?  Kota isinya got (selokan), jelek gak usah ke sana!" kata teman saya yang pernah kecopetan di Venice. Tetapi banyak yang mengatakan Venice bagus, romantis, apalagi kalau perginya sama pacar, naik gondola malam hari diiringi musik.  Apa salahnya diintip, udah sampai di Roma, dan Venisia tidak jauh, bisa ditempuh dengan kereta api, sekalian ke Pisa Tower dan Padua.
Setelah menitipkan barang di concierge hotel di Roma, keesokan harinya saya berangkat ke Venisia dengan kereta api dari stasiun Termini pukul 10:55, tiba pukul 14:35Keluar stasiun St. Lucia saya berhadapan langsung dengan Grand Canal, sungai yang panjang dan lebar.  Taksi air (kapal) dengan berbagai tujuan telah menanti.  Saya pun membeli tiket dengan tujuan lokasi hotel tempat saya menginap di distrik San Marco.  
Grand Canal dengan tempat perhentian kapal
Taksi air hilir mudik menaik turunkan penumpang di beberapa dermaga. Gedung-gedung apartemen, serta gereja terletak di sepanjang sisi kiri dan kanan sungai, kelihatannya seakan-akan kota ini tidak mempunyai daratan. Venisia terletak di sebuah laguna, dengan 118 pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh kanal-kanal dan dihubungkan dengan 409 jembatan.  Kanal-kanal yang oleh teman saya disebut sebagai got (selokan) ini bertemu di Sungai Po dan Piave.  Daerah wisata turis yang terkenal terletak di distrik Cannaregio, Castello, Dorsoduro, San Paolo, Santa Croce, San Marco, Murano, Burano dan beberapa lagi. Jumlah penduduknya sekitar 900.000 jiwa, jauh lebih sedikit dibanding wisatawan yang berkunjung.
Gondola
Karena tiba sudah sore dan hanya menginap semalam saya hanya sempat berkutat di San Marco saja.  Jalanan di San Marco sempit dan berliku-liku, seperti gang.  Peta tidak boleh ketinggalan di tangan kalau tidak mau tersesat.   Kanal-kanalnya memang sempit kurang lebih lebarnya 10 meter.  Airnya keruh, mungkin juga karena hujan yang turun beberapa minggu waktu itu.  Saya perhatikan tiap gondola yang lewat, senyap ... tak ada musiknya, degan biaya hampir satu juga rupiah per orang saya urungkan niat naik gondola, dibayangan kok seperti naik getek (rakit bambu), hanya saja geteknya mewah, tempat duduknya dilapisi beludru, dan perahunya bagus.
Tipe jalanan di Venisia
Cuaca tidak berbelas kasih ketika saya keluar hotel, mendung menggantung hingga Piazza San Marco. Lapangan segi empat yang luas ini dikelilingi oleh toko-toko suvenir, restoran mau pun toko-toko yang menjual barang-barang bermerek international mulai dari tas hingga pakaian selain itu ada basilika St. Mark, sayang sekali sedang direnovasi.
Resto di Piazza San Marco
Tidak ada kedai-kedai makanan, yang ada restoran dengan menu seharga puluhan Euro.  Roti yang paling murah seharga € 4, itu pun take away, jangan harap boleh duduk kalau take away. Cukup duduk di trotoar di temani merpati yang betebangan berharap dapat jatah.  Akibatnya kotoran burung terdapat di mana-mana.
Banyak burung dara di Piazza San Marco
Hujan turun rintik-rintik ketika saya mencapai Rialto Brigde, satu dari empat jembatan di sepanjang Grand Canal dan merupakan jembatan tertua yang memisahkan San Marco dan San Polo. Dahulu ini adalah jembatan gantung dibangun pada tahun 1181 dan kemudian tahun 1255 diganti dengan jembatan kayu yang dapat dinaikkan agar kapal besar dapat lewat.  Jembatan ini pernah terbakar dan runtuh.  Akhirnya dibangunlah jembatan yang dibuat dari beton dan selesai pada tahun 1591.  


No comments:

Post a Comment