East Side Gallery dan Check Point Charlie - Berlin


Rasanya belum ke Berlin kalau belum ndulit tembok Berlin yang sebelum tahun 1989 dengan angkuhnya membatasi Berlin Barat dan Timur.  Awalnya panjang tembok beton ini 154 km,  tingginya 1,8 meter.  Berdiri dengan angkuh memisahkan Berlin Barat dan Timur, keluarga tercerai berai tanpa ada kesempatan untuk bertemu.  Syukurlah tanggal 9 November 1989 dikeluarkan pengumuman secara resmi bahwa warga Timur dan Barat boleh saling berkunjung.  
East Side Galery yang terletak di Mühlenstraße kini hanya menyisakan tembok sepanjang 1.3 km dengan beragam grafiti dan kini menjadi daerah pariwisata.  
Beberapa potongan tembok dilukis oleh berbagai pelukis dari manca Negara dan dipamerkan di pinggir jalan.  
Di dekat jembatan Oberbaum di belakang East Side Galery terdapat dua buah salib putih, sebagai peringatan 2 orang pemuda yang kabur ke Berlin Barat.  Kebebasan mereka sebenarnya telah dicapai ketika menginjakkan kakinya di barat tetapi tetap ditembak oleh tentara Jerman Timur.  Korban terakhir adalah Chris Gueffroy, seorang pemuda berusia 21 tahun yang ditembak hanya beberapa bulan sebelum tembok ini diruntuhkan.  Sungguh memilukan.  Sisi lembut manusia diharubirukan di East Side Gallery, tak terasa air mata menitik. 
Banyak cuilan tembok yang kini dipigura dan dibuat souvenir.  Laris manisssss ...
Dari East Side Gallery menuju ke Check Point Charlie dengan menggunakan S Bahn, kereta api yang jalurnya di atas tanah.  Foto sinyo Amerika dipajang di jalanan mengawali lokasi Check Point C.  Sebelum reunifikasi ada 3 check point, Alpha didaerah Helmstedt-Marienborn (dulu Jerman Barat), Bravo didaerah Dreilinden-Drewitz , Charlie di daerah Zimmerstraße and Mauerstraße . 
Check Point C (Charlie) lebih populer karena di perbatasan ini ratusan panser Amerika dan Rusia bertemu dalam jarak 50 meter dan hampir terjadi bentrokan.  Tempat yang ramai dikunjungi wisatawan ini menawarkan foto bersama penjaga perbatasan dengan membayar (mahasiswa yang telah mendapat ijin dari Senat Berlin).
Tembok di sini juga masih tersisa tetapi tidak diberi grafiti dan di jalanan masih disisakan bekas tembok pembatasnya.  Kini semua itu tinggal sejarah.  Keegoisan demi sebuah kehebatan dan kekuatan yang pada akhirnya menjatuhkan diri sendiri.  Runtuhnya tembok Berlin membuat kota ini sebagai lambang perdamaian.  Berlin telah menjadi kota yang utuh lagi, pembangunan dilakukan untuk wilayah yang dulunya timur dan tak terjamah, renovasi dilakukan di banyak tempat bersejarah yang memakan biaya tidak sedikit.





No comments:

Post a Comment